Ketika Semua Menemukan Pelaminannya

July 9, 2012 § Leave a comment

“Girl into Woman. Congratz!”

Masih kata-kata itu yang terekam di kepala gue setelah buka home facebook. Kabar bahagianya, itu  sebuah kalimat dari seseorang untuk teman gue. Wajahnya masih sama seperti saat kami masih saling menertawai kebodohan kami selama di SMA. Bedanya saat itu terpampang gambar dirinya sedang memamerkan cincin tunangannya dan disebelahnya berdiri seorang pria yang cukup tampan ikutan memamerkan cincin yang sama di jari manisnya. Terharu.

Beberapa teman perempuan saya, ada yang memang memiliki tujuan utama dalam hidup mereka yaitu secepatnya berada di pelaminan. Selain tentu saja mendapatkan gelar sarjana secepat mungkin. Loh, Lagian siapa sih, yang tidak ingin menikah dan memiliki keturunan? mustahil kalau ada yang bilang tidak mau.

Katanya sih, Tuhan sudah menyiapkan setiap makhluk ciptaannya berpasang-pasangan. Walaupun masih ada lanjutannya; ntah pasangan itu menunggu di akhirat atau langsung ketemu saat masih hidup. Hmmm…. Berarti kesimpulannya apakah semua manusia akan (wajib) menikah? Let see…

Mungkin jika lo seorang pria normal yang jenius dan sukses atau tampan tetapi memliki pekerjaan yang lumayan oke, berkeluarga sudah bukan masalah yang besar. Minimal cuma nyiapin mental dan uang untuk perayaannya. Walaupun banyak orang bilang, jodoh ditangan tuhan. Tetapi tetap saja mustahil bagi gue untuk orang-orang yang nyaris sempurna hidupnya itu tidak pernah merasakan cinta dan berbagi kasih sayang. Tetapi bagaimana jika kita bukan termasuk jenis orang-orang tersebut? maybe it need more effort from them and sometime it can be fail.

Usaha sudah maksimal? Bagaimana kita tahu kalau usaha kita sudah maksimal atau belum? Apakah kita harus terus berusaha tanpa henti dan terus menerima kegagalan ditengah-tengahnya? I don’t think so. Soalnya, tiap bangkit dari kegagalan pasti rasanya akan lebih berat dari kegagalan sebelumnya, dibandingkan kita harus semangat ketika mengidap penyakit mematikan. Btw, Ini bukan berarti gue ngga akan berusaha, loh… tetapi kita harus dan wajib tahu seberapa kapasitas kita untuk berusaha.

Dan kalau dipikir masih belum bisa berhasil… sampailah gue pada suatu pemikiran konyol..

Gue pernah membayangkan ketika semua teman gue pada akhirnya menikah dan sisa gue yang belum menikah, ntah karena gue sibuk atau mungkin belum menemukan saja pasangan tersebut. Yang kebayang di kepala gue cuma gue yang akan window shopping sendiri, nonton dvd sendiri, curhat sama kaca, makan di cafe sendiri, dan lain sebagainya SENDIRI… hahaha lebay ya?

Sayangnya itu satu-satunya yang menjadi ketakutan gue dan entah kenapa setiap mendengar kabar bahagia seperti itu, gue cuma bisa takut aja. Gue ngga cukup berani membayangkan akan sebahagia teman-teman gue tersebut. Iya kalau nanti gue mendapatkan pasangan hidup segampang buka kulit kuaci… kalau udah usaha ternyata belum mampu kan sedih juga.

Apalagi gue sempat mikir, kenapa budaya di Indonesia selalu membatasi umur kita boleh single sampai angka berapa sih!! Itu yang membuat semua usia muda dan aktif seperti gue dan teman-teman gue lainnya selalu was-was… Jodoh kan ditangan Tuhan, kenapa harus dipaksakan untuk menikah cepat ya.. (apalagi kita sudah ditambah tekanan mendengar kabar bahagia dari teman-teman seumuran).

Dua minggu sebelum gue mendengar kabar teman gue yang ini, ada sahabat kecil gue juga mengabari. “Dim, aku mau nikah. Kamu datang nah kepernikahan aku. Kalau kamu sibuk, suruh mama sama papamu datang, ya”. Senang dan terharu pas denger kabar itu.

Gue masih ingat tuh sahabat kecil gue itu, dulu waktu masih SD suka pake kunciran rambut ngalahin Cikita Meidi meskipun rambutnya tipis. Lalu kita suka berantem rebutan siapa yang harus dijemput duluan sama antar jemput kami. Eh udah lama nggak ketemu, gue malah dikabarin sama doi untuk datang kepernikahannya.

If you heard that.. How’s your feeling? Kalo Christina Perri pasti bilangnya “Heart beats fast. Color and promises. How to be brave, how can I love when I am afraid to fall~~” 

Hufftt.. ternyata semakin tua juga membuat seseorang semakin merasa insecure dalam berbagai hal, ya. Selamat ya buat semua kabar bahagia. Aku selalu tulus kok mendoakan kalian. Semoga pada akhirnya kita semua saling berbahagia. Amin… XOXO

A Piece of Luck

July 8, 2012 § Leave a comment

It almost a month in MetroTV!!! Lebay ya? kalo dilihat dari jumlah absen, gue sudah menyentuh angka 20 hari kerja. Berarti sebentar lagi full sebulan gue bekerja di MetroTV.

Padahal, sebelum masuk sini, gue sudah sangat berharap sekali keterima di O-Channel. Gue masih ingat dapat panggilan interview O-Channel tanggal 28 Mei 2012 bertepatan saat gue melakukan perpisahan dengan keluarga di CLEO Indonesia.

Kenapa gue pengen banget masuk O-Channel? sebenarnya gue agak takut kalau harus masuk ke media yang berhubungan dengan informasi politik, ekonomi dan hukum, jadi gue masih ‘pengennya’ masuk ke media yang berbau lifestyle (gaya hidup). 

Ternyata, nasib berkata lain, gue mengambil tawaran teman di MetroTV karena setelah interview di O-Channel, gue tidak kunjung dipanggil-panggil. Awalnya sedih, hingga suatu ketika gue menyadari keberuntungan gue.

Jadi, dulu waktu di CLEO Indonesia, gue selalu iri dengan teman-teman gue yang mendadak pinter setelah job training di koran-koran ibukota. Semua istilah baru politik, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya muncul disetiap pembicaraan kami saat baru berjumpa lagi setelah sekian lama.

Nah, walaupun gue lebih tau gaya hidup urban (sedikit) pada akhirnya -cuma itu yang bisa gue banggain, gue pernah berharap bisa meliput hal-hal seperti politik, hukum, ekonomi, dll (dalam artian, merasakan lah susahnya liputan seperti itu). Tetapi, dilain sisi, gue juga ngga mau susah (ribet, yak). Maksudnya disini, gue juga ngga papa kok hanya berdiam diri di kantor ber-AC dingin, menurut gue itu nyaman. Dibanding harus berpeluh kesah seperti mengejar berita diluaran sana.

MetroTV menjawab semuanya. Mungkin beberapa orang mengetahui program gue ini. Program News Magz yang membahas peliputan mendalam dari suatu isu. Nah, di program ini, kerjaan gue banyak. Seminggu bisa sekali atau dua kali liputan. Gue juga diajarin editing dan melihat proses pemilihan serta pengolahan gambar. Gue juga harus bisa mengontrol kualitas tayangan agar tidak direvisi Divisi Quality Control. Dan juga, gue bekerja seolah gue asisten dari produser gue, seperti ngurus surat-surat, perijinan dan lain sebagainya. Beberapa kali gue menghubungi narasumber dan lain sebagainya.

Konon katanya, sebelum produsernya ganti seperti yang sekarang, anak magang jarang diajak liputan dan membahas isu. Dan beruntungnya, pas gue masuk, produsernya suka sekali berdiskusi dan suka ngajak liputan (asal bukan liputan yang membutuhkan urusan pesawat).

Monique, nama produser gue, dia baik, cerdas dan idealisme. Itu yang masih membuat gue kagum belajar disisinya. Banyak ilmu yang ia berikan seperti bagaimana cara membuat naskah, bagaimana mencari ide, dan bagaimana cara meliput sesuatu. Yah, walaupun doi suka dibicarakan karena ke idealisme-annya, malahan itulah nilai positif dari produser gue.

Sedangkan dari staff produksi (provis) di program gue, mbak Rahma (mungkin yang pernah job training di program ini, tau siapa dia), gue juga banyak belajar. Belajar untuk tidak gampang menyerah terhadap sesuatu hal. Dan yang harus gue ingat dari kisah-kisahnya, sebelum menjadi siapa-siapa, pasti dulunya kita bukan apa-apa. 

Ok, sebelum kembali melankolis, mari kembali ke topik pertama. Iya, walaupun kalau ditilik-tilik ulang kerjaan gue ribet, dan terkadang masuk pagi, pulang juga pagi, ternyata ini seperti yang apa gue inginkan. Gue ingin tetap santai seperti saat gue di majalah, tetapi juga ingin menantang di beberapa kesempatannya.

Hidup itu terus berputar… siapa yang menyangka kalau dulu pas liputan ke Bogor sama majalah CLEO Indonesia dengan niat untuk pemotretan buklet travel, eh pas di MetroTV, liputan ke Bogor untuk meliput korban-korban pemasungan. Lucu, kan?

Sampai suatu ketika pas ngos-ngosan abis liputan kemeriahan Pekan Raya Jakarta, gue jadi teringat sama sosok orang di CLEO (ini bukan kisah cinta loh!! -__-) bernama Sari. Soalnya tempat itulah yang membuat gue pernah mengutuk-ngutuk JiExpo saat liputan Java Jazz 2012 sama Sari. TEMPATNYA LUAS BANGET DAN PADET BANGET!!!! Hahahaha…

Selain itu, kenapa gue merasa beruntung…

Sebenarnya waktu interview O-Channel, produser acara tersebut menyuruh gue standby di PRJ selama sebulan penuh jika keterima dan juga, acara program tersebut pada saat itu hanya mengambil sumber dari SCTV.. hmmm.. itulah yang sebenarnya juga membuat gue sedikit kurang sreg untuk di O-Channel. Walaupun awalnya gue sudah ngebet banget.

Kesimpulannya: Nggak semua yang gagal dari seluruh rencana lo berakibat buruk untuk lo, bisa jadi itu rencana Indah khusus diberikan Tuhan untu lo secara rahasia.

*cieeeeehhhhh*

😀

Sepenggal Ke-Jayusan Jurnalistik 08 (Group Whatsapp)

May 30, 2012 § Leave a comment

5:36pm, May 28 – Hernila Dyah Kusumastuti: Dl dnews roomku cetak ceunah ada kepala terbang

5:36pm, May 28 – Hernila Dyah Kusumastuti: wuuusssshhhhh~

5:36pm, May 28 – Keyko Simpati: Wahahahahhahahahahhaaaa

5:37pm, May 28 – dimasferdi: Sebenarnya gue gak peduli sih sama setan2an gt.. tp kalo dalam lift gue beneran parno..

5:37pm, May 28 – Keyko Simpati: Aku kan hanya mengingatkan 

5:37pm, May 28 – Rahajeng Kusumo Hastuti: Kenapa jd horor omongannya?

5:37pm, May 28 – dimasferdi: Cuma tempat itulah yg bs bikin gue susah napas

5:37pm, May 28 – dimasferdi: Walopun terang benderang…

5:37pm, May 28 – dimasferdi: —’

5:38pm, May 28 – Rahajeng Kusumo Hastuti: Bawa oksigen ceu

5:38pm, May 28 – Rahajeng Kusumo Hastuti: Jakarta suka mati lampu

5:38pm, May 28 – Rahajeng Kusumo Hastuti: :p

5:38pm, May 28 – Keyko Simpati: Tips jitu: pastikan ketika menggunakan lift, anda tidak sendirian

5:38pm, May 28 – Keyko Simpati: Wah gejala apa itu teh nama kerennya. Lupa

5:38pm, May 28 – Keyko Simpati: Merem aja ceu sambil dengerin musik

5:38pm, May 28 – dimasferdi: Insomnia key?

5:39pm, May 28 – Keyko Simpati: Bukaaaaannnn.. Zzzzzz apa itu ada nama kerennyaaaaa

5:39pm, May 28 – Keyko Simpati: Yg takut ruang sempit. Apa nama penyakitnyaaaahhh

5:39pm, May 28 – dimasferdi: Bulimia?

5:39pm, May 28 – Hernila Dyah Kusumastuti: Ydah ati2 di lift tar sdr lampu mati di pojokan

5:39pm, May 28 – dimasferdi: *si nila kekeuh…

5:40pm, May 28 – Keyko Simpati: Dimceu -,-

5:40pm, May 28 – Keyko Simpati: Ini bukannya ngasih saran joblek malah ngomongin lift 

5:40pm, May 28 – dimasferdi: Oh anemia ya key?

5:41pm, May 28 – Luk Lukul Hamidah: Anemia kekurangan darah kali

5:41pm, May 28 – Keyko Simpati: Anoreksia ceu

5:42pm, May 28 – Rahajeng Kusumo Hastuti: Bulimia

5:42pm, May 28 – Keyko Simpati: 

5:42pm, May 28 – dimasferdi: Diseleksia?

5:42pm, May 28 – Keyko Simpati: Skizofernia

5:42pm, May 28 – Keyko Simpati: Talasemia

5:42pm, May 28 – Keyko Simpati: Gigantisme

5:43pm, May 28 – Keyko Simpati: Semua weh sebut

5:43pm, May 28 – dimasferdi: Jadi apa key?

5:44pm, May 28 – Keyko Simpati: Au ah lupa. Browser bb lg eror, ga bisa ngegugel 

5:44pm, May 28 – Hernila Dyah Kusumastuti: Istilah paan sih?

5:44pm, May 28 – Hernila Dyah Kusumastuti: Mles scroll

5:45pm, May 28 – Keyko Simpati: Penyakit psikologis yg takut ruang sempit tea nil. Apa nama kerennya? Lupaaaa

5:46pm, May 28 – dimasferdi: Limitia?

5:46pm, May 28 – dimasferdi: Smallia?

5:46pm, May 28 – Keyko Simpati: Hipotermia *halah

5:46pm, May 28 – Keyko Simpati: Naon eta teh limitia -,-

5:46pm, May 28 – Rahajeng Kusumo Hastuti: Claustrophobia

5:47pm, May 28 – dimasferdi: Eh hipotermia itu dikutub utara atau selatan?

5:47pm, May 28 – Rahajeng Kusumo Hastuti: *abis gugling

5:47pm, May 28 – dimasferdi: Ajeng nge google ya?

5:47pm, May 28 – dimasferdi: Tuh kan… —”

5:47pm, May 28 – Rahajeng Kusumo Hastuti: Iyee

5:47pm, May 28 – Keyko Simpati: NAH ETA!

Last Month in CLEO Indonesia

May 8, 2012 § 3 Comments

Congratz buat gue yang udah 4 bulan lebih magang di CLEO Indonesia *cheerrssss…

Sebelum masuk majalah ini, awalnya gue pikir gue bakal susah join dengan orang-orangnya dengan pengetahuan gue yang apa adanya ini. Ternyata, disini sangat menyenangkan. Selain skill gue yang ternyata gak bego-bego amat, disini gue diajari banyak, mulai pelajaran mengenai media ini dan itu, cara distribusi ini dan itu, cara edit ini dan itu, dan gue juga tentunya diajarin nulis serta lain sebagainya.

Walaupun sudah berbekal menulis 3 tahun di Jurnalistik Fikom Unpad, ternyata menulis untuk majalah sangat berbeda. Gak susah sih, cuma hanya membutuhkan kebiasaan saja untuk menulis lebih baik (noted: bukan berarti tulisan gue udah oke loh yah, cuma setidaknya ada perubahan.. hehehe).

Gue masih inget dengan baik. Waktu siang itu gue sedang berdiskusi dengan Kak Ari dan Pak Sahala (dosen penulisan gue) bahwa apakah boleh jika tulisan gue nggak banyak naik cetak, soalnya ini majalah bulanan, dan kemungkinan naik cetak kan pasti lebih sedikit dari koran (yang harian itu tentunya), apalagi ditambah gue sebagai anak baru dan anak magang (yang kualitas tulisannya belum benar-benar terasah). Dia menganguk dan mengatakan, “tulisan yang naik maupun tidak naik tetap di kasih ke saya. Kalo naik yah lebih bagus, yang penting ada kopian bukti cetaknya.” Gue pun senang mendengarnya, walaupun butuh waktu 5 bulan untuk kerja di majalah bulanan seperti CLEO Indonesia.

Awal kerja di CLEO, kerjaan gue cuma berkutat di depan komputer untuk mentranslate kuis. Awalnya gue ngeremehin tugas ini dan tugas-tugas lainnya yang ‘hanya mentranslate’, tetapi inilah awal mula dari perkembangan tulisan gue. Ternyata, walaupun translate (kecuali kuis), kita harus tetap memberi bobot isi pada tulisannya, jangan hanya berupa menerjamahkan bahasa Inggris ke Indonesia. Kita juga harus bisa mengemasnya menjadi enak dibaca dan enak dilihat.

Translate kuis yang gue pikir hanya tinggal menerjemahkannya saja, ternyata susah loh. Bahasanya harus bisa bercerita dan seperti ngobrol, bukan hanya hasil translate yang baik dan benar. Ok, mungkin nggak sesusah itu sih. Tetapi gue membutuhkan waktu sekitar 2 minggu untuk membiasakan diri menulis untuk CLEO (bukan waktu yang cepat sih, soalnya gue kan emang rada lemot… hahaha)

Nah, yang bikin gue nggak nyangka, setelah mengalami masa pembiasaan mentranslate dan menulis, atau mengolah berita untuk majalah CLEO, gue banyak diberi tugas liputan. Memang sih semua kerjaannya menyenangkan, nggak seberat liputan di koran yang harus kejar-kejar narsum sampai DPR, panas-panasan ngeliput demo, atau sebagainya, disini gue nggak melakukan hal seperti itu. Biasanya cuma wawancara artis, pemotretan, pinjem barang, icip-icip makanan, datangin undangan dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan itu.

Iya, cuma anak magang CLEO yang diijinin nyoba semua jenis kerjaan majalah. Gue diijinin nulis, poto, wawancara (bahkan wawancara artis luar negeri), ngarahin gaya, ikutan milah-milih foto, dan lain sebagainya. Bahkan hasilnya, semua itu terpakai. Nggak seperti bayangan gue yang karena gue junior, kerjaan gue diremehin. Di CLEO, semua kerjaan gue dihargain, hampir semua naik cetak, dan di apresiasi baik (maksudnya nggak di komentarin buruk).

Hmmm… Nggak menyesal sekali magang di Femina Group, khususnya majalah CLEO (gue gak tau ya ini lebay atau nggak, tapi ini sih yang gue rasain). Selain seluruh anggota redaksinya baik-baik dan kompak, mereka sama sekali nggak ngerendahin kita sedikitpun. Itu sih poin pentingnya. Jadi kalo lo nggak ngerti, mereka akan dengan senang hati menjelaskan kepada lo asal lo mau nanya dan lo juga harus ramah sama mereka sebagai timbal balik kebaikannya. Nggak cuma dari CLEO aja, tetapi juga majalah Femina Group lainnya (soalnya kadang kalo liputan suka digabung bareng anak-anak femina group lainnya biar hemat transportasi dan nggak buang-buang voucher taxi).

Lima hari yang lalu tiba-tiba pas liputan sama kak Mey CitaCinta, dia nyapa, “kamu bulan ini ya terakhir.. semangat ya..” sama tadi pagi disapa kak Luri Fit, “dimas hari ini terakhir ya.. yah kapan kita liputan bareng lagi..”. huhuhuhu… sedih. Soalnya gue harus magang di media elektronik setelah bulan ini. Semoga di media lainnya sama baiknya sama media ini.

*Berikut sebagian hasil karya selama berada di CLEO*

Waktu Liputan Evanescence


Erykah Badu di JJF 2012


We are Femina Family (ada dari Cita CInta, Gadis, dan tentu saja CLEO)


We heart you Simple Plan!!!!


Festival Sayfestville.. (yeahh… rock yeahh).


Hunger Games Bikin Kesel

March 31, 2012 § Leave a comment

Jadi barusan gue nonton Hunger Games. Bagi yang belum tau, Hunger Games ini bukunya ada 3 biji. Judul pertama ya Hunger Games. Nah di dalam story-nya diceritakan bahwa ada sebuah negara di masa depan (yang dulunya Amerika) yang memiliki beberapa kota satelit (distrik 1-12) yang hidupnya dibawah garis kemiskinan. Untuk mendapatkan makan, tiap distrik harus mengirimkan 2 perwakilannya untuk mengikuti permainan yg hanya akan dimenangkan satu orang. Nah nantinya, dalam permainan tersebut. Tiap orang harus saling membunuh agar pemenangnya ada satu. Untuk cerita lengkapnya baca novelnya aja atau nonton filmnya.

Yang pengen gue bahas disini sih dari sisi kemanusiannya. Jadi dalam permainan tersebut, adegan brutal diseting menjadi reality show yg bisa ditonton orang-orang miskin setiap distrik dan juga terutama orang-orang sangat kaya di kota pusat (yg dinamai Capitol) untuk akhirnya mendapatkan pemenangnya mewakili distrik mereka.

Kalo pernah tau soal adu ayam, tinju, dan permainan tarung lainnya, sebenarnya permainan ini sama. Bedanya, di permainan ini lo harus membunuh atau lo bakal dibunuh. Dilain sisi sih ceritanya sebenarnya biasa aja, kayak kalo kita nonton film yang sang jagoannya saat membunuh alien dengan tembakan laser dan menghancurkannya berpuing-puing wajahnya lempeng tak berdosa karena sang alien pasti akan membunuhnya kalau gak dibunuh duluan. Atau film bunuh-membunuh dengan pistol seperti yang sering dilakukan para polisi Hollywood dalam aksi mereka pada film-film fiksi. Iya, singkatnya, sisi kemanusiannya gak ada dan gue merasa gak adil aja.

Jelas gak adil. Kenapa hanya yang miskin yang bertarung. Kenapa tidak ada satu orang pun yang memberontak dengan keadaan itu. Kenapa harus si kaya yg jadi penonton dan memberikan bantuan sponsor (kayak sistem voting idol, yg votingnya paling rame, dapat bahan makanan dalam permainan tersebut). Di sisi itu gue ngerasa penulisnya gak adil sama karakter2nya sendiri (terlalu menghayati cerita). Tapi bener lo. Bener2 tidak ada keadilan di dalamnya.

Tiba-tiba gue kebayang dengan sistem negara gue sendiri. Orang korupsi, melakukan kecurangan, dan lain sebagainya membuat yg makmur makin makmur, yang melarat makin melarat. Dimana sih kemanusian mereka. Setelah merenung gak penting. Gue langsung sadar dari cerita Hunger Games.

Ini sebenarnya cerita fiksi yang terinspirasi dari sebuah realita yang kita saksikan diberita-berita saat ini. Yang miskin tetap miskin, yang kaya tawa tiwi lupa masih ada yang miskin. Yang korupsi makin bnyak, saling bunuh juga banyak.Bedanya dalam novel ini, realita itu dikemas dalam permainan The Hunger Games. Cerdas.

A Day with Workaholic

February 29, 2012 § Leave a comment

Hmm.. nggak nyangka.

Sudah dua bulan kerja di majalah ‘ini’ ternyata makin menyenangkan dan makin banyak tugasnya. Suatu hari gue pernah kehabisan tugas (maksudnya udah selesai semua) sampai akhirnya gue mencoba untuk melakukan hal yang bermakna yaitu baca-baca majalah online maupun cetak. Hasilnya? benar-benar membosankan seharian. Seolah gue orang tersampah di kantor saking nggak ada kerjaan.

So, gue langsung berstrategi biar dapet tugas dengan meminta men-translate kuis untuk edisi selanjutnya kepada redaktur gue. semacam kode sih kalau gue udah selesai, dan gue gak mau jadi orang paling nyampah sekantor (apalagi kerjaan gue cuma ngemil, hufftt). After that, tiba-tiba langsung deh dapat banyak tugas ini itu. Yeaaa, I got it. But…. 

Sempet dilema sih kenapa tugas buaanyak bener, tapi setelah pada suatu malam gue berpikir. Coba kalau gue nggak ada tugas pasti gue bakal nyampah, setidaknya energi gue yang berlimpah ini bisa bermanfaat bagi nusa dan bangsa (lebayyyy!). Tapi bener loh, mendingan lo capek ngerjain tugas daripada lo bengong nyantai-nyantai, berasa anak yang tidak bermanfaat. Semoga kerjaan semakin banyak deh, biar gue gak males2an lagi (bosen tau males2an). Soalnya kan kalo mau nyantai-nyantai bisa dilakukan pas udah di kossan.

Yes, I am really workaholic… 🙂

Pe Ka El

January 28, 2012 § Leave a comment

Udah sebulan akhirnya gue PKL di Majalah Cleo Indonesia. Happy? Banget. Capek? Ngga. Senang? Iya banget. Digaji? Hooh. Hahaha… point terakhir bukan hal utama, itu cuma bonus dari kebahagiaan gue. 

Awal pertama kali masuk. Gue dapet komputer disebeluh redaktur madya fashion and beauty. Orangnya cantik dan baik. Keibuan sekali. Di hari itu juga, pertama dikenalkan dengan seluruh anggota redaksi Majalah Cleo, voila, tetep pertama kenalan gue gak inget lagi namanya setelah jabat tangan, yang penting mereka tau gue cowok berbadan besar bernama Dimas.

Orang-orang redaksinya unik-unik, semua ramah dan murah senyum (hobinya bercanda semua). Gak ada ospek-ospekan dan dijutek-jutekin. Semua bantu ngajarin gue yang minim pengalaman. Khususnya Redaktur Feature gue, dia baik banget ngasih masukan to the point (yang bikin gue langsung tahu mana kesalahan gue). Walaupun udah sebulan ini tulisan masih ‘labil’ (kadang udah oke, kadang masih semerawut), but i got the new skill everytime.

Semua isinya cewek? Bisa dibilang iya, bisa dibilang ngga (kalo dihitung sama satu bagian editor foto). Tapi kalo rapat redaksi tetap gue paling mencolok dengan dandanan gak fashionably dan COWOK. Apalagi kata-kata “Akhirnya Cleo punya anggota cowok Juga” , “Loh, di Cleo ada anak Cowok?” , dan “Loh, cowok baru ya? Cleo kan?” udah kayak makan sehari-hari di minggu pertama.

Wawancara sama yang ganteng-ganteng pernah, jadi fotografer amatir di acara partynya dan ngeliat model2 cowok yang badannya magazine oriented banget juga pernah, dan yang paling ‘pasti tak terlupakan’ adalah liputan konser Simple Plan. Great! (ketemu Desti juga, teman seperjuangan gue di kampus tp dia di majalah Aneka Yess). Keren!

Gosip? Udah banget. Gosip santer soal ini itu selalu ada aja di ruang redaksi. Makanan cemilan juga selalu tersedia di ‘bangku makanan’ entah dari siapapun yang lagi kebanjiran rezeki cemilan. Gue juga kadang bisa nimbrung gosip kalau pas lagi nyambung-nyambungnya.

Dikerjain fotografer udah sering. Udah tiga fotografer aja gitu yang ngusilin gue, becandain gitu. Hmmm… akhirnya ngerasain di Bully di dunia kerja. Tapi, mereka baik kok, emang iseng aja. Hahaha…

Udah deh, seru kok magang di Majalah Bulanan seperti Cleo Indonesia (harus bulatkan tekad dulu, soalnya PKL-nya 4 bulan – Khusus Jurnalistik Fikom Unpad ya)

Kesimpulannya, gue gak pernah menyesal dengan waktu yang cukup lama magang di majalah bulanan dan wanna say thanks to God for it. 🙂 I got what I want.

Where Am I?

You are currently browsing the Curcol category at Dimas & Dimce.