Ketika Hubungan Hanya ‘Cuma Sahabat’

July 11, 2012 § Leave a comment

 

Tulisan ini hanya sebatas have fun aja tanpa penelitian yang akurat. Jadi bacanya nyantai aja 😀

 

 

“Dia sahabat aku. Aku sih biasa aja sama dia, tapi aku tau dia suka aku.”

Barusan yang ngomong ini adalah seorang teman wanita gue yang memiliki bodi dan wajah yang hampir sesuai standar ‘Cantik di Mata Media Massa’. Kurus, mata belok indah, rambut panjang terurai, dan suara serak-serak basah. Yah.. pas untuk kontes kecantikan di seluruh dunia, deh (untungnya dia ngga tinggi). Ok, buat lalaki yang membaca, berhenti ber-fantasi, karena saya bukan membahas fisik wanita ini.

Pembicaraan itu kemudian mengalir lagi ke sebuah topik, “Cewek itu (apalagi yang sesuai kriteria diatas), nggak akan bisa sahabatan banget sama Cowok. Apalagi jika saling membutuhkan”.  Iya, topik sederhana ini paling sering gue bahas jika seorang teman saya yang hampir memiliki kriteria cantik dan seksi sesuai konsep media massa, akrab dengan seorang cowok (straight).

Sebenarnya gue ngga pernah punya penelitian apapun mengenai hal ini (jadi anggaplah tulisan ini hanya kekonyolan dan kebodohan gue yang nggak penting), tetapi dari pengamatan gue, cowok itu susah menahan nafsunya jika berada di dekat-dekat cewek-cewek impian tersebut (bukan bermaksud merendahkan cowok, loh). Naluri mereka diatur untuk mencari yang terbaik dari yang terbaik. Masalahnya, jika dihadapan mereka tersedia yang sangat baik dan bisa didekati, kenapa ngga. Ibarat kucing, kalau di kasih umpan, perlahan-lahan tapi pasti, ujung-ujungnya bakal mendekati. Begitu juga cowok.

Nah, walaupun yang cewek pun terkadang juga seperti itu, akan tetapi sebenarnya ada insting yang bermain disini. Biasanya, cowok normal memiliki insting ‘harus lebih aktif dan agresif’ yang memainkan kendali di pikiran mereka dibandingkan insting ‘yaudah tenang-tenang aja, gengsi kali ngedeketin duluan’ yang dimiliki cewek pada umumnya. Sehingga, benih cinta (cinta karena nafsu) akan tumbuh lebih pesat di perasaan cowok yang biasanya selalu lebih blak-blakan kalau urusan begini.

“Ditolak mah biasa, banyak kali cowok di tolak cewek.”- Nah, kalo cewek? kan cuma sedikit yang berani blak-blakan kayak cowok.

Gue punya beberapa pengalaman dari teman-teman gue lainnya (yang masuk keriteria ‘Cantik Konsep Media’):

1. Si Ani ini, dia punya teman-teman cowok banyak banget yang tergabung dalam satu geng. Suatu waktu, si Ani harus dekat selalu dengan geng cowok tersebut dalam waktu lama. Ngga berapa lama, beberapa orang dari geng tersebut suka sama si Ani.

2. Si Ana dan Joko sebenarnya temen dari SMP. Nah setiap ada masalah sama pacarnya, si Ana selalu berkeluh kesah terhadap Joko. Joko juga selalu menjadi pendamping Ana kalau si pacar Ana sedang tidak Ada. She is like has a second hand. Kalo makan malam ngga ada temannya, ya Joko yang nemenin. Dan sepertinya Joko sayang banget sama Ana.

3. Entah kenapa si Ina selalu saja membutuhkan Budi untuk menemaninya kemanapun. Cowoknya si Ina pun udah percaya sama Ina, kalau Ina boleh dekat sama siapa aja. Sayangnya keakraban ini disalah artikan sama Budi. Budi nembak Ina karena Budi nggak mau berpisah sama Ina. Ini nolak Budi karena Ina nggak punya rasa apapun

*huffttt… udah kayak sinetron ya??*

Yah begitulah kisahnya. Kesimpulan bahayanya dari drama itu adalah jika si cewek ternyata hanya nganggap si cowok sahabatnya padahal sudah seperti pacar sendiri hubungan mereka. Ditambah jika sudah terjadi fantasi berlebihan di pikiran si cowok (minimal membayangkan jadi pacar) akibat perhatian yang diberikan si cewek, dan si cewek tetap stay cool dab berfikir ‘aku sih biasa saja sama dia’.

puk puk puk… *nepuk punggung para cowok sahabat cewek cantik*

Maka dari itu disarankan untuk kalian agar JAGA JARAK ketika terjadi hubungan seperti ini, ntah dari pihak cewek atau dari pihak cowok. Boleh berhubungan dan bersahabat, tetapi adakalanya batas-batas tertentu harus diperhatikan. Karena jika tidak, hubungan ini akan berakhir galau di salah satu pihak… (Akan tetapi kalau mau tetap dijalankan ya tidak apa-apa. Asalkan tau resiko untung dan ruginya.)

Sekian.

 

note: sebenarnya banyak kriteria wanita yang masuk kategori harus diwaspadai. tetapi kategori tersebut harus disesuaian dengan kondisi masing-masing individu, yang gue bahas disini kategori cewek cantik konsep media massa pada umumnya.

 

 

Ketika Semua Menemukan Pelaminannya

July 9, 2012 § Leave a comment

“Girl into Woman. Congratz!”

Masih kata-kata itu yang terekam di kepala gue setelah buka home facebook. Kabar bahagianya, itu  sebuah kalimat dari seseorang untuk teman gue. Wajahnya masih sama seperti saat kami masih saling menertawai kebodohan kami selama di SMA. Bedanya saat itu terpampang gambar dirinya sedang memamerkan cincin tunangannya dan disebelahnya berdiri seorang pria yang cukup tampan ikutan memamerkan cincin yang sama di jari manisnya. Terharu.

Beberapa teman perempuan saya, ada yang memang memiliki tujuan utama dalam hidup mereka yaitu secepatnya berada di pelaminan. Selain tentu saja mendapatkan gelar sarjana secepat mungkin. Loh, Lagian siapa sih, yang tidak ingin menikah dan memiliki keturunan? mustahil kalau ada yang bilang tidak mau.

Katanya sih, Tuhan sudah menyiapkan setiap makhluk ciptaannya berpasang-pasangan. Walaupun masih ada lanjutannya; ntah pasangan itu menunggu di akhirat atau langsung ketemu saat masih hidup. Hmmm…. Berarti kesimpulannya apakah semua manusia akan (wajib) menikah? Let see…

Mungkin jika lo seorang pria normal yang jenius dan sukses atau tampan tetapi memliki pekerjaan yang lumayan oke, berkeluarga sudah bukan masalah yang besar. Minimal cuma nyiapin mental dan uang untuk perayaannya. Walaupun banyak orang bilang, jodoh ditangan tuhan. Tetapi tetap saja mustahil bagi gue untuk orang-orang yang nyaris sempurna hidupnya itu tidak pernah merasakan cinta dan berbagi kasih sayang. Tetapi bagaimana jika kita bukan termasuk jenis orang-orang tersebut? maybe it need more effort from them and sometime it can be fail.

Usaha sudah maksimal? Bagaimana kita tahu kalau usaha kita sudah maksimal atau belum? Apakah kita harus terus berusaha tanpa henti dan terus menerima kegagalan ditengah-tengahnya? I don’t think so. Soalnya, tiap bangkit dari kegagalan pasti rasanya akan lebih berat dari kegagalan sebelumnya, dibandingkan kita harus semangat ketika mengidap penyakit mematikan. Btw, Ini bukan berarti gue ngga akan berusaha, loh… tetapi kita harus dan wajib tahu seberapa kapasitas kita untuk berusaha.

Dan kalau dipikir masih belum bisa berhasil… sampailah gue pada suatu pemikiran konyol..

Gue pernah membayangkan ketika semua teman gue pada akhirnya menikah dan sisa gue yang belum menikah, ntah karena gue sibuk atau mungkin belum menemukan saja pasangan tersebut. Yang kebayang di kepala gue cuma gue yang akan window shopping sendiri, nonton dvd sendiri, curhat sama kaca, makan di cafe sendiri, dan lain sebagainya SENDIRI… hahaha lebay ya?

Sayangnya itu satu-satunya yang menjadi ketakutan gue dan entah kenapa setiap mendengar kabar bahagia seperti itu, gue cuma bisa takut aja. Gue ngga cukup berani membayangkan akan sebahagia teman-teman gue tersebut. Iya kalau nanti gue mendapatkan pasangan hidup segampang buka kulit kuaci… kalau udah usaha ternyata belum mampu kan sedih juga.

Apalagi gue sempat mikir, kenapa budaya di Indonesia selalu membatasi umur kita boleh single sampai angka berapa sih!! Itu yang membuat semua usia muda dan aktif seperti gue dan teman-teman gue lainnya selalu was-was… Jodoh kan ditangan Tuhan, kenapa harus dipaksakan untuk menikah cepat ya.. (apalagi kita sudah ditambah tekanan mendengar kabar bahagia dari teman-teman seumuran).

Dua minggu sebelum gue mendengar kabar teman gue yang ini, ada sahabat kecil gue juga mengabari. “Dim, aku mau nikah. Kamu datang nah kepernikahan aku. Kalau kamu sibuk, suruh mama sama papamu datang, ya”. Senang dan terharu pas denger kabar itu.

Gue masih ingat tuh sahabat kecil gue itu, dulu waktu masih SD suka pake kunciran rambut ngalahin Cikita Meidi meskipun rambutnya tipis. Lalu kita suka berantem rebutan siapa yang harus dijemput duluan sama antar jemput kami. Eh udah lama nggak ketemu, gue malah dikabarin sama doi untuk datang kepernikahannya.

If you heard that.. How’s your feeling? Kalo Christina Perri pasti bilangnya “Heart beats fast. Color and promises. How to be brave, how can I love when I am afraid to fall~~” 

Hufftt.. ternyata semakin tua juga membuat seseorang semakin merasa insecure dalam berbagai hal, ya. Selamat ya buat semua kabar bahagia. Aku selalu tulus kok mendoakan kalian. Semoga pada akhirnya kita semua saling berbahagia. Amin… XOXO

A Piece of Luck

July 8, 2012 § Leave a comment

It almost a month in MetroTV!!! Lebay ya? kalo dilihat dari jumlah absen, gue sudah menyentuh angka 20 hari kerja. Berarti sebentar lagi full sebulan gue bekerja di MetroTV.

Padahal, sebelum masuk sini, gue sudah sangat berharap sekali keterima di O-Channel. Gue masih ingat dapat panggilan interview O-Channel tanggal 28 Mei 2012 bertepatan saat gue melakukan perpisahan dengan keluarga di CLEO Indonesia.

Kenapa gue pengen banget masuk O-Channel? sebenarnya gue agak takut kalau harus masuk ke media yang berhubungan dengan informasi politik, ekonomi dan hukum, jadi gue masih ‘pengennya’ masuk ke media yang berbau lifestyle (gaya hidup). 

Ternyata, nasib berkata lain, gue mengambil tawaran teman di MetroTV karena setelah interview di O-Channel, gue tidak kunjung dipanggil-panggil. Awalnya sedih, hingga suatu ketika gue menyadari keberuntungan gue.

Jadi, dulu waktu di CLEO Indonesia, gue selalu iri dengan teman-teman gue yang mendadak pinter setelah job training di koran-koran ibukota. Semua istilah baru politik, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya muncul disetiap pembicaraan kami saat baru berjumpa lagi setelah sekian lama.

Nah, walaupun gue lebih tau gaya hidup urban (sedikit) pada akhirnya -cuma itu yang bisa gue banggain, gue pernah berharap bisa meliput hal-hal seperti politik, hukum, ekonomi, dll (dalam artian, merasakan lah susahnya liputan seperti itu). Tetapi, dilain sisi, gue juga ngga mau susah (ribet, yak). Maksudnya disini, gue juga ngga papa kok hanya berdiam diri di kantor ber-AC dingin, menurut gue itu nyaman. Dibanding harus berpeluh kesah seperti mengejar berita diluaran sana.

MetroTV menjawab semuanya. Mungkin beberapa orang mengetahui program gue ini. Program News Magz yang membahas peliputan mendalam dari suatu isu. Nah, di program ini, kerjaan gue banyak. Seminggu bisa sekali atau dua kali liputan. Gue juga diajarin editing dan melihat proses pemilihan serta pengolahan gambar. Gue juga harus bisa mengontrol kualitas tayangan agar tidak direvisi Divisi Quality Control. Dan juga, gue bekerja seolah gue asisten dari produser gue, seperti ngurus surat-surat, perijinan dan lain sebagainya. Beberapa kali gue menghubungi narasumber dan lain sebagainya.

Konon katanya, sebelum produsernya ganti seperti yang sekarang, anak magang jarang diajak liputan dan membahas isu. Dan beruntungnya, pas gue masuk, produsernya suka sekali berdiskusi dan suka ngajak liputan (asal bukan liputan yang membutuhkan urusan pesawat).

Monique, nama produser gue, dia baik, cerdas dan idealisme. Itu yang masih membuat gue kagum belajar disisinya. Banyak ilmu yang ia berikan seperti bagaimana cara membuat naskah, bagaimana mencari ide, dan bagaimana cara meliput sesuatu. Yah, walaupun doi suka dibicarakan karena ke idealisme-annya, malahan itulah nilai positif dari produser gue.

Sedangkan dari staff produksi (provis) di program gue, mbak Rahma (mungkin yang pernah job training di program ini, tau siapa dia), gue juga banyak belajar. Belajar untuk tidak gampang menyerah terhadap sesuatu hal. Dan yang harus gue ingat dari kisah-kisahnya, sebelum menjadi siapa-siapa, pasti dulunya kita bukan apa-apa. 

Ok, sebelum kembali melankolis, mari kembali ke topik pertama. Iya, walaupun kalau ditilik-tilik ulang kerjaan gue ribet, dan terkadang masuk pagi, pulang juga pagi, ternyata ini seperti yang apa gue inginkan. Gue ingin tetap santai seperti saat gue di majalah, tetapi juga ingin menantang di beberapa kesempatannya.

Hidup itu terus berputar… siapa yang menyangka kalau dulu pas liputan ke Bogor sama majalah CLEO Indonesia dengan niat untuk pemotretan buklet travel, eh pas di MetroTV, liputan ke Bogor untuk meliput korban-korban pemasungan. Lucu, kan?

Sampai suatu ketika pas ngos-ngosan abis liputan kemeriahan Pekan Raya Jakarta, gue jadi teringat sama sosok orang di CLEO (ini bukan kisah cinta loh!! -__-) bernama Sari. Soalnya tempat itulah yang membuat gue pernah mengutuk-ngutuk JiExpo saat liputan Java Jazz 2012 sama Sari. TEMPATNYA LUAS BANGET DAN PADET BANGET!!!! Hahahaha…

Selain itu, kenapa gue merasa beruntung…

Sebenarnya waktu interview O-Channel, produser acara tersebut menyuruh gue standby di PRJ selama sebulan penuh jika keterima dan juga, acara program tersebut pada saat itu hanya mengambil sumber dari SCTV.. hmmm.. itulah yang sebenarnya juga membuat gue sedikit kurang sreg untuk di O-Channel. Walaupun awalnya gue sudah ngebet banget.

Kesimpulannya: Nggak semua yang gagal dari seluruh rencana lo berakibat buruk untuk lo, bisa jadi itu rencana Indah khusus diberikan Tuhan untu lo secara rahasia.

*cieeeeehhhhh*

😀

Where Am I?

You are currently viewing the archives for July, 2012 at Dimas & Dimce.