Tato, Tatau, atau Titi

August 27, 2011 § Leave a comment

Random thought gue waktu lagi sahur nih ya. Tato. Entah kenapa bayangan soal tato dan segala macamnya membayangi kepala gue.

Kalau dengar kata Tato, pasti kita semua langsung terbayang dengan gambar-gambar permanen (maupun ngga) yang ada kulit manusia. Seni lukis tubuh itu sudah makin terkenal saat ini. Dahulu, mungkin hanya satu warna saja, hitam, yang digunakan untuk melukis kulit-kulit tubuh tersebut. Akan tetapi, kita bisa menemukan lebih banyak warna untuk tato-tato masa kini.

Setelah mencari dari berbagai macam sumber yang kemungkinan benar (hahaha.. internet kan tidak bisa dibenarkan semua), gue mendapatkan hasil bahwa, sejarahnya tato itu berasal dari bahasa Tahiti, tatau. Menurut Encyclopaedia Britannica (iya, pake ae di bagian enyclopaedia), kata Tato ini tercatat pertama kali oleh beradapan dalam ekspedisi James Cook pada 1769. Bagi yang gak tau cook itu siapa, dia itu seorang penjelajah dan navigator asal inggris yang cukup terkenal di zamannya, sekitar tahun 1770an.

But, setelah saya lebih banyak mendapatkan referensi lagi. Akhirnya saya menemukan kenyataan (eh belum tentu benar juga sih, tapi semoga bener deh), bahwa tato tertua itu ternyata ada di Indonesia, tepatnya dari daerah Mentawai. Itu juga menurut sumber saya (lo search aja di google ya), katanya Ady Rosa, Magister Seni Murni ITB mengatakan bahwa di Mentawai itu, tato dikenal dengan istilah Titi.

Titi or Tatau, dan sekarang kita menamai itu dengan Tato, di Mentawai hal itu digunakan untuk menunjukan status sosial untuk kalangan kerajaan atau bukan. Sedangkan bangsa Yunani Kuno menggunakan Tato untuk menandai anggota para intelejen mereka. Beda lagi dengan bangsa Cina Kuno, tato digunakan untuk menandai bahwa seseorang pernah masuk penjara.

Awalnya, bahan pembuat tato itu berasal dari arang dari tempurung dan tebu. Lalu ditambah alat-alat tradisional lainnya seperti kayu, jarum, dan pemukul dari batang (aduh ngebayangin aja udah bikin mules). Kalau sekarang, udah lebih canggih. Alat-alat udah modern. Udah ada mesin pembuat tato.

Sebelum lebih jauh lagi terlena dengan sejarah tato. Tiba-tiba gue kebayang aja gitu soal keinginan pake tato. Akan tetapi, berhubung gue masih Islam (walaupun bisa dibilang Islam KTP saja), gue masih ingat di Agama gue, tato itu dilarang. Which is Allah berfirman bahwa kita tuh katanya tidak boleh menyakiti diri kita sendiri. Lahir dalam kondisi sempurna dan bersih, balik lagi ke dia juga dalam kondisi sempurna dan bersih. Apalagi katanya kalo pake tato, amal ibadah kita gak diterima (who knows? but for me tinggal mengikuti aturan yang ada sih oke2 aja. Gak perlu di kritisi. Soalnya agama tidak harus (atau jangan deh) di kritisi, ntar malah jadi rapuh sendiri iman yang belum kuat ini). #paragrafedisiramadhan1

Nah mengingat paragaf diatas itu pendapat gue pribadi, kalo teman-teman pada pengen pakai tato dengan alasan seni atau apapun itulah (meningkatkan status sosial seperti tato Mentawai), gue sih tidak melarang (walaupun kalo bisa jangan, hehehe). Toh, konsekuensinya juga ditangan temen-temen. #paragrafedisiramadhan2

Yang pasti, selamat membaca & mencari referensi soal tato aja kalo mau mendapatkan info lengkap soal tato. This is just my Random Thought. 

Kerjaan

August 20, 2011 § Leave a comment

Hari ini sebenarnya gak mau ngisi Tumblr sih. Lagi gak ada ide aja. Tapi tiba-tiba ada hal yang mau gue ceritain. Makanya ini mau ngisi dikit aja.

Hmm.. hari ini ada yang nawarin gue kerjaan. Ada Dua temen yang nawarin. Dua-duanya dari instansi yang lumayan lah namanya. Dua-duanya dari teman. Dua-duanya karena satu hal yang pernah aku buat itu. Dua-duanya baik. dan Dua-duanya aku terima.

Semoga bisa aku jalanin ya. Semoga jiwa procrastinating gue gak mengusik lagi. Semoga gue profesional. Amin.

Oh iya, semoga dua-duanya jadi ya. Jangan gak jadi. 🙂

August 19, 2011 § Leave a comment

Dulu sebelum ketemu kamu, hidupku menyenangkan. Setelah mengenalmu, hidupku makin hari makin galau.

#RandomlyThing

Semester Tujuh, huff Akhirnya..

August 18, 2011 § Leave a comment

Akhirnya saya bertemu dengan Pak Sahala lagi di semester tujuh ini setelah ditunggu-tunggu dari liburan kemaren. Agak sedih sih dengan ucapannya yang tadi pagi, “Berarti, semester ini adalah semester terakhir kalian bertemu dengan saya di kelas.” Gue langsung mikir, ngulang kuliah untuk benerin nilai jelek? males (soalnya C udah cukup buat gue), ketemu di semester 8? gak mungkin ketemu. Huaaa… berarti bener dong ini semester terakhir kita.

Gue juga gak nyangka bisa bertahan hingga berada di semester ini. Gue udah sempet mikir waktu baru masuk jurnal. Bisa gak ya gue mengimbangi kehebatan temen-temen di jurnal tercinta ini dan apalagi tugas-tugasnya yang konon katanya HOROR. Terus kita cuma 31 orang, How done?! walaupun beberapa temen kita tidak bisa selalu bareng kita terus di kelas, but setidaknya kita berjuang bersama dan mendukung bersama. Yah, si tiga puluh satu berjuang ampe titik puncaknya. Biasanya, kalo main game, level terakhir itu level paling susah. Hahaha… terbukti dengan tugas reportase investigasi. Pasti bikin keder duluan denger namanya, apalagi dosennya adalah Sahala Tua Saragih. Pria yang udah saya kenal dari semester 3 di jurusan jurnalistik yang terkenal dengan pengetahuannya yang luas banget bersama rekan tercintanya yang gak kalah sadis kalau udah di kelas (kalau di luar kelas baik banget), Ibu Maimon Herawati. Perfect Dementor kalo pake istilah Harry Potter.

Saking luasnya pengetahuannya, Pak Sahala, di pertemuan pertama saja, dia sudah menceritakan pengalamannya dengan tetep ada tes-tes terselubung. Seperti contohnya tadi dia bercerita mengenai RSBI dan BSI yang marak di Indonesia, dia tiba-tiba menanyakan kepanjangannya apa. Yah, intinya seperti itu. Ada beberapa sih, tapi gue gak ingat, saking gak ngertinya tuh istilah yang dipakai dia (walaupun pada akhirnya gue tahu). Apalagi dia udah membuat galau kami sekelas pagi tadi, gara-gara ucapannya yang kayak gini “Saya maunya kalian udah di wisuda November tahun depan (red : tahun 2012)”. Wah, permintaan yang bikin galau bukan. But, we must optimist.

Oke, emang tugas yang paling terkenal di semester ini yaitu In Depth Reporting (Reportasi yang Investigasi gitu). Jadi kita harus membuat sebuah berita yang mendalam mengenai suatu kasus yang rumit. Untungnya, tugas penulisan mendalam ini bisa dikerjakan oleh dua orang. Dan tentu saja, rekan saya adalah lagi-lagi Maullah Enggal Kinanti. Hahahaha… kita seperti udah dipatenkan untuk selalu menjadi satu kelompok. Yang gue takutin, gue sama Kinan tuh suka adu argumentasi dari yang masalah kecil hingga yang besar (but I am sure it will be fine if I can control my Ego, syuuuseee ya bok). She is my besties ever *lebay* (tapi yang lain pun my besties juga loh).

Gak berasa kok kuliah di Jurnalistik, kayaknya baru kemaren gue mengalami Orientasi Jurnalistik, disuruh ini itu, dijadiin wartawan dadakan, di bentak-bentak senior, dan diteguhkan hati kita. Setelah itu mengadakan makar, mengumpulkan dana, konflik ini konflik itu, hingga cercaan dari angkatan diatas kita setahun. Lalu selanjutnya,  gue udah harus berkumpul dengan beberapa orang teman untuk mengkonsep kan OJ angkatan dibawah kita, berubah menjadi senior yang penuh settingan, dan mengontrol jalannya kegiatan peneguhan hati seorang calon HMJ. Lalu setelah itu semua berlalu seperti angin. Waktu dia lewat berasa sekali, setelah itu, cuma kenangan yang tersisa. Cepat dan sedih yah. Bikin kangen. Kangen marah-marah lagi sama temen sendiri, kangen sok-sokan ngasih pendapat di forum, kangen ngejar-ngejar senior dan kangen ngececar-ngececar senior yang resek serta kegiatan-kegiatan lainnya yang kita jalani bersama 31 orang lainnya. Kangen.

Tapi gue gak nyesal masuk jurnal. Waktu terbuang  oleh banyak untuk tugas. Tenaga juga. Uang juga. Tapi kebahagiannya itu juga yang maksimal. Tantangannya bikin adrenalin meningkat. Saya senang bisa menjadi bagian keluarga Jurnal yang Humble, apalagi kalau sudah sharring GOSSIP, wah kita makin kompak deh kalau urusan ini. Hingga akhirnya gue merenung, mungkin sekarang gue kayak gini dan temen-temen gue kayak gitu, tapi beberapa tahun lagi kita jadi apa ya? Semoga kita selalu diberikan yang terbaik aja eh doa gue. 

Yang terakhir. Selamat ya buat temen-temen saya dan tentu saja saya sendiri. Terima kasih membuat semester saya penuh warna sebelumnya. Mari kita berjuang di semester ini. (Yang pasti gue gak bakal lupa dengan isi twitter Bima di semester tujuh ini —> “Kesimpulan kuliah pertama adalah: “Si Sendy sekarang berotot”. Eta ngeri pisan lur”).

XOXO 

Surat Curhat untuk Tuhan (Naon)

August 16, 2011 § Leave a comment

Buat kamu, kamu, kamu, dan kamu kamu lainnya yang lebih membutuhkan surat ini dibandingkan aku.

 

Dear, Tuhanku Sang Maha Segalanya….

 

Halo, mungkin ini akan terdengar lucu jika aku curhat sama kamu melalui media online (bukan dari ibadah2 yang harus kulakukan). But, I’m still sure if you can hear me in every condition, Right?!

Well, first, I want to thank You (maybe BIG THANK YOU) for everything you done to me. Aku sungguh-sungguh serius terima kasih banget sama kamu. Mungkin kamu tidak peduli dengan itu semua, karena memang hanya menguntungkan diri aku sendiri. Tapi aku tetep berterima kasih. 

Btw, sebenarnya aku mau curhat mengenai sesuatu. Which is the story about what story I can’t tell to everyone. Karena, menurutku, tidak ada yang bakal mengerti selain aku sendiri ataupun Kamu, ya cuma Kamu pastinya.

Tuhan masih ingat dong ya, beberapa bulan lalu waktu aku dikenalkan dengan dia. Masih dong ya pastinya. Udah lama sih, tapi aku aja ingat, pasti kamu lebih ingat dari aku. Yah, saat itu perkenalan pertama aku dengan dia. Dia yang saat itu menurutku hanya sesuatu yang biasa dan yah, hanya ‘teman baru’. Wajahnya sempurna, gayanya sempurna, senyumnya sempurna, matanya sempurna, iya sempurna menurutku.

Kamu pasti ingat jabatan tangan pertama kita yang terkesan basa-basi dan tidak mengandung rasa apapun. Ok, mungkin aku terdiam sebentar, sesaat pertama melihatnya (dan berharap sesuatu yang gak penting tapi tidak serius), tapi ya hanya sesaat doang kok. Abis itu ya udah. Aku bahkan bisa melupakannya dengan mudah. Dia hanya kuanggap sebagai temennya temenku. Itu saja.

Hingga suatu hari entah doa apa yang aku ucapkan saat pertama berjabat tangan itu, kamu mempertemukan kami lagi. Di lain kondisi. Di tempat yang sangat berbeda. Tetapi, dia masih sama, perasaan dia pasti masih sama (baca: biasa aja) dan yang berbeda hanya perasaanku saja. Perasaan yang sudah berubah setelah aku mengenal dia lebih dalam, bukan dari dia, tapi dari sumber-sumber yang aku percaya. Dia beda, itu yang aku ingat. Saat itu entah kenapa aku tidak berani melihat matanya, kecuali dengan penuh doa (berharap tidak terjadi sesuatu dimataku seperti berputar-putar, berair, atau bertai mata.. hahaha becanda ya Tuhan). 

Aku tahu Tuhan dia sudah punya pacar. Pasti lah. There’s a perfect creation for the other perfect creation. Yah, lihat aja diriku, biasa aja. Malah beberapa memandangku as the invisible one karena ketidakpentingan kehadiranku in the perfect place you created. Yeah, well, everything you do to me, I am sure it was great and best. But Tuhan, kenapa kamu menciptakan kesempurnaan dan ketidaksempurnaan dan kamu harus menyuruh kita menganggap semua sama-sama sempurna.. hahahaha… itu seperti becanda. (Tuhan Yang Maha Pemaaf, maafkan daku udah mengeluh).

Oh ok. Aku mengeluh lagi. Dengan kondisiku seperti ini saja aku sudah bisa menerima diriku yang unperfect ini. Kamu tahu betapa tersiksanya hidup dalam kondisi seperti ini? mungkin kamu tahu, dan kamu hadiahkan ke aku. Aku terima hadiah mu dengan lapang dada dan tetap berbesar hati walaupun aku selalu menjadi serba salah. Aku percaya takdir loh Tuhan dan segala paket-paket yang kamu janjikan jika kreasi-kreasimu ini tertimpa masalah (masih ingat kok aku dengan kalimat : Tuhan memberikan cobaan sepaket dengan penyelesaiannya). Yeahh, aku mendapatkan hadiah mu dan paket-paket lainnya.

Tapi aku masih percaya dengan konsep neraka dan surga. Yang berarti jika ada yang tidak menerima ajaran-Mu, maka dia akan masuk neraka atau jika dia sangat menaati ajaran-Mu maka dia akan masuk surge. You blessed everyone, I am sure. Yah, konsep itu yang membuatku bimbang, berarti takdir itu bisa berubah, takdir itu bisa diganggu, dan aku gak boleh terpaku pada satu takdir (iya kan?). Hingga aku menjadi bimbang sekarang ini. Kamu lihat kan kondisiku. Penuh dengan pertanyaan dan tujuan yang samar yang sangat takut aku bangun walaupun hanya dalam pikiranku (meski sedikit doang).

Kembali lagi ke dia, Tuhan. Orang yang sudah memiliki kekasih itu. Tuhan, kenapa kamu harus menciptakan aku seperti ini dan dia seperti itu? Kenapa harus kamu ciptakan aku lahir disini dan dia lahir disana? Dia berteman dengan ini dan aku berteman dengan itu? Kenapa aku tidak sekalian kau ciptakan menjadi adik atau kakaknya saja? Kenapa? Takdir? Aku harus merubah? Atau gimana sih?

Oke. Kalaupun itu sudah Takdir yang benar-benar paten, kenapa kamu harus menciptakan perasaanku seperti ini. Perasaan yang tidak aku suka sama sekali. Yang bisa bikin aku uring-uringan setengah mati. Yang bikin setiap detak jantungku berdegup saat ada notifikasi Blackberry berupa kedipan lampu merah di sisi kanan atas Blackberry-ku. (Wah Tuhan pasti udah tahu deh, gadget multi fungsional ciptaan manusia ini yang merubah gaya hidup ciptaan-ciptaan mu lainnya, jadi aku tidak perlu menjelaskan lagi ya…)

Saat ini dia udah putus dengan kekasihnya dan kita getting closer together than before. But, pasti kamu udah nebak perasaanku dan keinginanku. Keinginanku cuma satu, dia mendapatkan lagi orang yang terbaik dan sangat terbaik buatnya (karena sejujurnya aku gak mau dia lebih galau dari aku Tuhan). Yang jelas orang itu pasti bukan aku. Aku bisa pastikan itu, Tuhan. Alasannya? Hanya Kamu yang tahu Tuhan. Aku yakin tebakan-tebakannmu selalu tepat. Aku hanya mau bersahabat, berbagi suka dan duka, bukan memadu kisah dan kasih. Aku benar-benar tak mau yang terakhir itu.

Hingga kau ciptakan hari itu yang mungkin membuatnya illfeel kepadaku (mungkin) akibat kebodohanku. Maaf Tuhan, aku gak bisa berbuat apa-apa, siapa yang mengira tanganku bergetar ketika mengambil sesuap nasi dihadapannya, siapa yang menyangka tatapanku gak jelas dan kosong ketika bercanda, siapa yang nyangka aku menjadi garing secara tiba-tiba. Garing yang out of the box (dibaca: bukan menjadi diri sendiri). Lucu yah. Aku biasa bercanda dan berubah menjadi pendiam.

Sekarang? Aku tidak seperti kamu Yang Maha Tahu, bisa dengan mudah menebak perasaan dan membaca pikiran orang lain. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Yang aku tahu aku hanya ingin bisa menjadi sahabat terbaiknya dan menjadi yang terbaik buat kita masing-masing. Even I love that person, bukan berarti aku harus menjadi orang yang memiliki status dengannya. Karena aku tahu itu yang terbaik buat kita.  Dan aku harap, kesalahan ku itu kamu maafkan Tuhan. Kebodohanku itu kamu hapuskan Tuhan. I just to be the close friend. 

Satu lagi, aku tahu kamu berperan dalam semua kisah ini, dan aku ‘Sangat Sangat Berterima Kasih’ pernah ada dibagian kisah ini. Setidaknya aku pernah merasakannya dan melaluinya. Walaupun mungkin bisa aja ini kisah terakhir dan endingnya kamu buat agar para penonton penasaran layaknya film-film besutan produser film horor luar (selalu saja endingnya belum tuntas). 


I love You Tuhan. Kecup dan Peluk hangat dariku untukmu selalu. 

Jadi Siapa yang Salah Jurusan, mas? Siapa?!

August 13, 2011 § Leave a comment

maaf judulnya dibuat lebay 🙂

Baru aja gue terpukul dan seperti ditampar oleh perkataan orang saat berbuka puasa tadi. Yah tamparan yang membuat gue sedikit optimis dari sebelumnya (sedikit doang). 

Tadi, gue buka bareng Windy, Ipeh, dan sahabat-sahabat Ipeh-Pipit dan Mela. Pipit dan Mela tuh anak-anak FTI ITB angkatan 2008. Mela dari Padang (temen sekolah Ipeh), sedangkan Pipit dari Semarang (temen sekelas Mela di FTI ITB).

Sembari menunggu makanan yang kita pesan di Blooming Honey (Madu Mekar), saya membuka perbincangan basa basi.

“Wah keren ya bisa masuk ITB, kan susah banget.” kata gue. Mela dan Pipit saling lirik-lirikan dan tersenyum. “Btw, emang FTI belajarnya apa aja?” lanjut gue.

“Wah banyak. Anak Industri tuh belajar keseluruhan. Ada mesin, elektro, ekonomi, bisnis, desain, dll. Tapi ya gitu, kita belajarnya dikit-dikit dan keseluruhan.” kata Pipit tegas dengan sedikit logat Jawanya.

“Wah, gak ribet tuh. Pasti enak deh. Betah gak?” tanya gue lagi.

“Hah?! Enak?! nih, bukti nyatanya, si Pipit ngerasa salah besar masuk ITB.” kata Mela sambil tertawa seperti mengingat curhat-curhat sahabatnya, Pipit.

Gue masih mencerna kata-kata Mela barusan. Ajigile nih anak, masa masuk ITB kok dibilang suatu kecelakaan sih. Secara ITB kan masuk peringkat 3 besar kampus terbaik di Indonesia. Gue aja ‘dagdigdug duerrrr!!!’ kalo jalan sama anak ITB, kalo-kalo ngobrolin hal yang diluar batas kemampuan indra gue dan kelihatan deh begonya gue.

“Tapi gue pengen banget masuk ITB.” lanjut gue.

“Lah lo jurusan Jurnalistik kan? Asik dong?!! Gue aja mimpi masuk Jurnalistik.” kata Mela.

“Hahh??!!!” <— untuk yang ini gak usah dijelasin kenapa gue kaget, pasti udah pada tahu.

“Iya. Mela tuh pengen banget masuk Jurnalistik. Seru kan? Kalo di ITB udah susah, kuliahnya bikin stress.” kata Pipit.

“Tapi kan gampang dapat kerja. Emang kalo FTI biasanya jadi apasih?” gue makin penasaran.

“Hmmm… bisa jadi HRD, bisa jadi Bisnisman, dll. Kalo khususnya sih jadi Konsultan. Tapi ya gak begitu jelas juga. Menurut gue malah seruan kuliah Jurnalistik, asik deh. Apalagi mendengar cerita-cerita temen-temen kita.” kata Mela dan Pipit bersahut-sahutan.

Gue langsung mikir. Gue aja masuk Jurnalistik agak gimana gitu (apalagi lulusnya lama), mendengar nama Fikom aja udah what the hell lah pokoknya (gak seindah khayalan gue dulu). Gue juga udah menganggap kenapa gak dari dulu gue belajar rajin biar masuk ITB. Biar bisa pake almamater berlambang gajah dengan ornamen-ornamennya. Biar dipandang tinggi orang ketika menyebutkan nama almamaternya, dan lain sebagainya. Walaupun Unpad gak kalah beken, tetep aja ITB lebih beken lagi (apalagi yang terkenal lulusannya sebagain besar hebat).

But, ada yang mengentikan gue berkhayal dan menampar gue dengan keras. Mendengar wish-wish kedua anak ITB tadi membuat gue sadar bahwa tuhan mau ngomong secara tersirat melalui mereka.

“Dimce.. lo tuh harus bersyukur sama sesuatu yang ada. Gak semua yang lo anggap sempurna itu sempurna sesungguhnya buat lo, dan yang kamu anggap buruk itu buruk sekali buat kamu. Sesuatu yang buruk (atau jelek) suatu saat bisa jadi sesuatu yang terbaik buat lo. Allah punya rencana.. Ingat!! Jadi jalani aja yang ada!!”

Mungkin pendapat Mela dan Pipit diatas itu terdengar sangat pribadi. Bisa aja pendapat anak FTI lainnya berbeda. Akan tetapi, yang ingin gue bahas, satu hal, kita tuh harus bersyukur udah ada disini, belum tentu orang lain bisa berada di posisi kita ataupun bertahan di posisi kita. Meskipun kita menganggap itu hal yang kecil. So, jalani yang ada dan berusaha sebaik mungkin.

Ok. Saatnya move on dari penyesalan dan tetap rencanakan masa depan dan rancang dari sekarang! (sebelum lulus maksudnya) Dan tetep Optimis! 

Wish Me Luck…

Cersapen : Memori (Thank You for Loving Me)

August 12, 2011 § Leave a comment

 It’s hard for me to say the things, I want to say sometimes

There’s no one here but you and me, And that broken old street light

Lock the doors, We’ll leave the world outside

All I’ve got to give to you , Are these five words tonight

 

Aku masih mendengarkan lagu ini. Yah, pertemuan pertamaku di tangga darurat tadi membuat ku kepikiran dengan masa laluku. Tapi aku tahu banget apa yang didengarnya melalui headsetnya yang besarnya melebihi daun telinganya. Lagu yang pernah di dengarkan oleh sahabat lama yang baru tiga bulan lalu meninggal karena kecelakaan motor. Kalau ada Vino, pasti dia langsung galau mendengarkan lagu itu. Soalnya lagu itu yang akan diberikan untuk pacarnya yang sedang berkuliah di Amsterdam sebelum kepergiannya. Kalau orang tadi, dia memutarnya sangat kencang, dan wajahnya, yah dia terlihat sedang sedih. Entah apa yang sedang dialami. Yang pasti, dia sempat menabrak dan menjatuhkan tumpukan majalah yang aku beli di simpang tiga tadi dan lupa meminta maaf walaupun sempat membantu memungut tumpukan majalah yang jatuh itu.

Oke tapi kenapa dia harus melalui tangga darurat. Kalau aku sih sudah jelas. Aku tidak mau terlalu sering menggunakan lift yang super penuh seperti biasanya. Apalagi hari ini jadwal kerjaku berbarengan dengan orang yang super berisik itu. Bisa-bisa selama perjalanan menuju ruang kerjaku. Otakku sudah penuh dengan umpatan-umpatan yang membuat mood kerjaku berkurang drastis. Hmmm, dan tunggu dulu, sepertinya aku tidak pernah melihat dia. Kaca matanya, gaya berpakaiannya, dan sepatunya, dia orang baru, tidak pernah ada di departemen manapun. Bahkan aku bisa menyebutkan sepatu apa yang digunakan para OB saking detailnya indra penglihatanku kalaupun emang orang tadi sudah lama bekerja disini.

“Pagi Alvin…” Seorang wanita menyapaku dari belakang dan menepuk pundakku.

Aku terkejut dan langsung melepas kedua headset di iPod ku yang sudah berumur. “Sorry Sel, gue gak dengar, kenapa?”

“Dasar lo! Lagi galau ya? Gue cuma nyapa lo doang. Muka lo mellow gitu.” Kata perempuan itu yang ternyata Sela, sahabat baikku.

“Hahaha.. siapa yang galau? Gue cuma lagi dengerin lagu aja. Kebetulan jadi keinget si Vino.” Kataku semakin pelan.

“Aduh. Udah. Lupain dia. Kasian dia disana kalau lo sedih mulu disini. Lo harus ikhlas!”

“Gue udah ikhlas kali..” aku kembali memasukan headset itu ketelingaku.

Pikiranku melayang lagi kembali ke tangga darurat itu. Aku masih penasaran dengan orang yang kutemui barusan. Entah kenapa, mukanya berbekas di benakku. Lagu itu kembali berputar. Sekarang aku mulai menyenderkan kepala ke sandaran bangku. Seolah makin menghayati bait tiap bait lirik pada lagu Bon Jovi ini.

Lagu yang membuat Vino menteskan air mata untuk pertama kalinya di depanku. Lagu yang membuat Vino memelukku pertama kalinya ketika dia sedih. Dan lagu terakhir yang kudengar bersama sahabatku itu ketika dia akan pergi untuk selamanya. Pasti orang tadi sedang dalam mood yang haru biru. Thank You for Loving Me….

 

Thank you for loving me, For being my eyes

When I couldn’t see, For parting my lips

When I couldn’t breathe

Thank you for loving me

Thank you for loving me

August 11, 2011 § Leave a comment

Kalau mau sukses, kita jangan nyalahin orang tua, jangan nyalahin negara, jangan nyalahin keadaan, tetapi berkaca pada diri sendiri.

Social Enterpreneurship (Namanya lupa, ntar gue cari. pokoknya ada di acara TVOne kemaren)

Bye Bye Friend

August 10, 2011 § Leave a comment

Hari ini hari graduation teman-teman gue. Sebelumnya, kita ucapin dulu buat Citra Augustien dan Anis Agustiani (Wow.. Agustus di bulan Agustus) selamat lulus ya, dan SENANGnya udah bisa melepas beban mahasiswa (dan masuk ke kandang the real world ‘dunia kerja’).

Yah, hari ini nyaris gue rusak dengan mood gue yg agak-agak gimana gitu. Tapi, untungnya gue bisa mengatasinya. Untuk Anis dan Tita, maaf gue bisa ngasih hadiah apa-apa ya, apalagi dibandingin dengan hadiah selama berteman dengan kalian.

That’s i know, it’s hard to be on Jatinangor without both of you. Eventhough our friend still on Jatinangor (dan jumlahnya banyak), tapi ya tetep aja, tiap orang kan beda cerita kalo lagi berbagi kesenangan, walaupun semua menyenangkan. Yah, kita emang saling melengkapi 🙂

Kalo gak kenal sama Tita, gak mungkin kan gue bisa ngehina anak paling cantik se-Bekasi (ya kaleeeeee) dengan kata-kata “Alay lo!!” “Gilak lo kampung banget!!” “Kampungan lo!!!” dan lain sebagainya. Kalau gak kenal sama Anis, maybe I never met the best thing I never had (hahaha…), atau curhat yang benar-benar curhat (harap  yg kita bicarakan di telpon setelah wisuda itu dirahasiakan. Ingat!! RAHASIA!!)

Kalu cerita pasti udah banyak, mungkin gak bisa gue ungkapin semua di tumblr ini. Tapi yang jelas, pasti gue bakal kangen kalian berdua. Doain gue ya nyusul secepatnya. 🙂

Lagu Galau

August 8, 2011 § Leave a comment

*catatan yang gak perlu dibaca, soalnya gak penting*

Oke bingung mau ngobrolin apa? sekalian nunggu sahur aja kali ya? Beberapa minggu ini terdapat aura kegalauan yang maksimal di sekitar gue. Entah dari temen, dari saudara, maupun dari tetangga kossan. Eh efeknya dahsyat, bikin gue ikut galau makin maksimal.

Nah kalau udah galau, gue biasanya ngedengerin lagu favorite gue (lagu baru Beyonce, judulnya ‘ada dehh!!! tebak sendiri!! Ntar juga tauk :D’). Super deh tuh lagu. Di damri, di angkot, di toilet, di kamar, sebelum tidur, setelah bangun tidur, mau berbuka puasa, mau sahur, pasti tuh lagu di dengerin dulu.

Oke. Berhubung gue penghapal lirik lagu yang buruk. Tentu saja itu semua belum membuat saya hapal dengan lagu galau maksimal itu. Hufff.. oke. Setidaknya iPod saya ada liriknya. Jadi masih bisa baca dengan penuh penghayatan. *LEBAY!!!

Temen gue, si oknum ‘W’, galaunya lebih maksimal lagi. Galau dengan teman KKN-nya dan ampe sekarang masih terbawa aura galau itu. Yah, cinlok-cinlok KKN standar lah. Tapi bok!! Aura galaunya to the MAX!! Selain beda agama, tuh cinlokan udah punya cewek cyn… Apalagi gebetan abadi dia dari SMA juga tidak meliriknya seupil gajah pun.

Trus galau selanjutnya adalah temen gue si oknum ‘H’. Nah kalo dia galaunya juga to max. Selain masalah cowok (yang udah pasti itu mah), dia galau dengan kakinya yg masih sakit dan membutuhkan perawatan. Dia galau ‘apakah kalau jalan mending pakai tongkat atau ngga’. Soalanya menurut dia, kalau pakai tongkat itu gak GAUL (coba dong, sakit masih mikirin itu). Tapi, kalo gak pake tongkat, dia agak kesusahan. *oke paragraf ini gak penting.

Trus si oknum ‘C’ galau karena ayahnya yang bikin bete setelah kelulusannya tapi dia malah kena omel terus di rumahnya. Atau si oknum ‘M’ yang baru putus. Atau si ‘I’ yang konon katanya putus.

Beda lagi dengan si ‘L’ dan ‘G’. Wah, galau mereka gak perlu dibahas deh. Susah dan ribet dan tidak akan bisa diterima khalayak umum dengan mudah. Dengan doktrin-doktrin agama dari masing-masing umat beragama. *Lebayyyy…

Aduh, kalau dirangkum. Intinya banyak yang galau deh minggu-minggu ini (baca: Minggu di Bulan Ramadhan, apalagi gue AWAL PUASA *curcol). Nah, gue sempet iseng-iseng sih me-list lagu galau saja yang cocok dengan jenis galaunya untuk tumblr gue tercinta. So let’s us check!

  1. Raisa – Serba Salah , ini buat yang lagi galau karena selalu saja disalahkan padahal segala sesuatu telah terjadi. Seperti contoh galau karena hamil diluar nikah dan nyalahin pacarnya gara-gara gak pake k*ndom.
  2. Vierra – Perih , ini buat yang galau karena udah ditinggalin pacarnya, dan dibuang di tempat sampah terus dijauhi karena bau sampah yang menyengat. Atau posisikan diri lo sebagai sampah daur ulang tapi lo gak di daur ulang sama pacar lo. *apadeh, gak nyambung men!!
  3. Beyonce – Best Thing I Never Had , kalau ini buat yang galau karena lo sadar kalo lo cuma bisa mencintai dia tapi lo gak bisa melakukan apa-apa. karena ya dia emang gak mungkin lo miliki karena satu dan berbagai hal but she/he still your best thing you never had …. *lari ambil bantal terus nangis ampe ketiduran*
  4. The Script – The Man Who Can’t be Move. Ini lagu favorite para galauers yang ada disekitar gue. Pokoknya ini cocok buat yang  galau mau moving on atau tetep diam ditempat tapi tanpa hasil, walaupun susah untuk moving on karena ya itu udah banyak deh kenangan bersama sang pacar #eaaa!! #GALAUtotheMAX
  5. Nikita Willy – Lebih Dari Indah , ini juga hampir mirip  sama lagu Beyonce, tapi disini cocok buat para galauers yg masih aktif-aktifnya memberikan sinyal kepada sang gebetan dan merasa dirinya is ‘the best thing them must have ever!!! wow!!” *terlalu bersemangat
  6. Marcell – Peri Cintaku , nah kalau lagu ini udah jelas untuk galauers yang beda agama dan keyakinan. Dan susah sekali disatukan atas nama cinta. ‘namun semua apa mungkin, iman kita yang berbeda…’ *cieee galau*
  7. Agnes Monica – Karena Ku Sanggup , lagu yang full ekspersi dalam pelantunannya, memiliki makna yang sangat dalam. Cocok bagi galauers yang udah rela ditinggal pacarnya entah pacarnya pergi kemana (mau alam baka kek, apa kek). Cocok untuk galauers yang tegar walaupun galau setengah metong, eymm…

Untuk selanjutnya. Harap dicari sendiri. Soalnya makin gak lucu. Kebetulan itulah lagu-lagu yang sering didengerin (versi gue tanpa kejelasan data statistik yang pasti) di kala galau melanda hati. ecieeee…

Where Am I?

You are currently viewing the archives for August, 2011 at Dimas & Dimce.