Not Really Important (Insomnia)

February 28, 2010 § Leave a comment

I cannot sleep right now. Help me.

Guntur was sleep at 12 PM (or AM.. oh i dont know —- clearly.. this is night.. or morning.. arghhh, moron!!) But now, it is 3 AM.

Ardita Edwina was sleep, too. Before ‘Glee’ episode 1st has finished.

Television was turn off. TV Cable was turn off, too.

A few minutes after ‘Thunder’ slept, he talked while asleep. Mumble something. Make me shock at the first… So Damn freak.

My Leppy kindda such a good friend. But the internet conection is really suck. So lame, okay.

My Blackberry Messenger doesn’t has any message, as well as Yahoo Messenger.

Ok, stop typing about NOT REALLY IMPORTANT notes, now.

Hurry-up -» go to the bed, turn off the lamps, and goin’ to dream land..

3.25 AM on My Leppy Time

Racistm

February 28, 2010 § Leave a comment

Pernah dengar gak? Kalau di Amerika, Orang kulit hitam dan orang kulit putih selalu dihadapkan dengan kondisi ke-rasis-an. Walaupun untuk sekarang, sudah tidak terlihat lagi kerasisan tersebut. Akan tetapi, sebenarnya menurut gue, orang Amerika masih rasis. Why? Because every American movie I have seen was telling about Racistm.

Kenapa saya berfikir seperti itu. Bayangkan saja. Di kebanyakan film, tokoh utama yang sangat cantik adalah warga kulit putih yang berambut blondy. They said it is really American. Lalu, peran utama dalam film barat biasanya selalu wanita cantik berkulit putih. Beauty is white skin, and handsome – too. Padahal, di Amerika, gak cuma orang kulit putih aja yang berprestasi dan menarik. Malahan presidennya pun berkulit hitam.

Pernah nonton Film yang dibintangi artis-artis besar berjudul The Secret Life of Bees? nah, di film ini diceritakan bagaimana rasisnya warga Amerika terhadap warna kulit. Anggapan pada masa itu adalah (yang diceritakan di film tersebut) bahwa kalau warga berkulit hitam pastilah setidaknya mempunyai pemikiran kriminal. Padahal, nyatanya nggak. Seperti kehidupan keluarga Queen Latifah yang sangat menghargai perbedaan. Dan saat itu, warga berkulit hitam hanya dianggap sebagai budak, dan tidak bisa memimpin serta tidak dilindungi oleh hukum secara kuat.

Menontonnya membuat kita emosi. Berfikir keras.”Kenapa sih, rasis banget. Padahalkan kita sama-sama ciptaan Tuhan yang diberikan kelebihan dan kekurangan masing-masing.”

Tunggu dulu! Untuk kita yang hidup di negara kepulauan dan memiliki kultur yang berbeda-beda dan disatukan dengan satu nama, Indonesia, mungkin hal seperti di film adalah hal biasa. Kita udah biasa melihat perawakan suku Jawa, Sunda, Sumatera, Bali, Papua, dan lain-lain yang memiliki ciri khas tersendiri. Tetapi untuk di negara barat, belum tentu. Tetapi apakah itu akhirnya menjauhkan kita dari Rasis?

Ternyata ngga. Kenapa? perhatikan saja, kita terkadang masih suka mendiskreditkan seseorang melalui sukunya. Contohnya saja, misalnya orang Batak itu orangnya kasar-kasar kalau bicara. Padahal kenyataanya, orang Batak kalau bicara emang lantang dan tegas, serta terkesan kasar. Contoh lainnya, kita biasa menyebutkan, orang Padang pelit-pelit. Makanya orang Padang punya perhiasan emas sangat banyak. Padahal, belum tentu semua orang padang pelit dan mengkoleksi emas. Dan hal-hal lainnya.

Paling kerasa adalah ketika warga pribumi disandingkan dengan warga keturunan Tiong Hoa. Bila disandingkan dalam suatu perkumpulan. Warga keturunan Tiong Hoa biasanya lebih mendekat kepada teman yang Tiong Hoa juga, dan warga pribumi lebih memilih teman yang alirannya juga sama. Warga pribumi juga terkadang mendiskreditkan warga keturunan Tiong Hoa dengan julukan aneh, pelit, dan lain sebagainya. Apalagi terkadang ada julukan si Cina, untuk warga keturunan itu.

Sebenarnya, kalau ditilik dalam satu garis merah kebangsaan, warga pribumi maupun Tiong Hoa sama saja. Yaitu sama-sama warga Indonesia yang harus wajib membesarkan nama negaranya. Tetapi apalah arti Bhineka Tunggal Ika, kalau kita belum bisa saling menghormati satu sama lain. Kita tidak jauh beda dengan negara yang selalu arogan memandang warga yang berbeda culture, kulit, dan lain sebagainya.

Do not be surprised by the racist, because it is around us all.

February 10, 2010 § Leave a comment

Taken from my SLR Nikon D60 – but, the file is lost when my Leppy was error.

This is one of culture from Indonesia. Its name is Kuda Renggong. Kuda Renggong originaly from Majalaya. Somewhere at West Java, in Indonesia. On there, The artists was dance with the horse (‘Kuda’ in Indonesian), and the horse like trance with something mysterious. The horse really submissive with the artists.

Where Am I?

You are currently viewing the archives for February, 2010 at Dimas & Dimce.